Jumat, 30 September 2011

Mengeja Perjalanan Malam

Tingkah nakal sang bayu pagi
Masih tak henti menggodaku
Di antara sejuk'nya rinai embun
Yang masih setia memeluk pagi
Tak pula aku beranjak
Dari dingin yg mendekap
Meski gigil telah kuyupkan aku
Dalam kebekuan yang meralung
Entah mengapa
Aku tak pernah jengah
Berdiri disini
Mengeja perjalanan malam
Hingga pagi datang menjelang
Netraku yg nanar
Tak pernah redup menalari pekat
Demi mengharap sosok bayang'mu
Hadir menjamah rasa'ku
Meski hanya terhitung
Dalam kejapan mata



Janji Embun Pada Penghuni Pagi

Remang cahaya malam
Berpendar dibentangan sunyi
Sementara guratan pekat
Kian merepih menyunting pagi
Tergugah sang embun
Dari  lelap'nya mengeja mimpi
Beranjak meninggalkan peraduan
Di rinaikan tangis kerinduan'nya
Pada reranting dan dedahan
Diantara lenguh nafas sang bayu
Embun tak henti bercumbu
Hingga kilau lentik jemari timur merekah
Dan memapah'nya pada peraduan
Esok hari embun akan kembali
Dengan kerinduan yang sama
Untuk menepati janji
Pada penghuni pagi
Yang tak pernah jengah menanti

Kamis, 29 September 2011

Prasangka

Aku terdiam dalam bungkam
Saat jarum-jarum prasangka
Hunusi pori-pori sukmaku
Begitu runcing menikam
Hingga kedasar ruang nuraniku
Tak bisakah sekejap saja
Kau berdamai tanpa prasangka
Aku memohon dengan kerendahan hati
Tolong rahimkanlah sejenak
Riuhnya gemuruh prasangka
Yang memekakkan gendang runguku
Pusarakanlah ragumu
Benamkan pula egomu
Agar kita bisa merasakan
Betapa indah'nya rasa yang kita miliki

Rabu, 28 September 2011

Selaksa Kenangan

Palung sukmaku menjerit
Saat malam memapahku
Ke dalam dekapan sunyi
Tanpa meninggalkan pesan
Entah apa yang tersirat
Pada fikiran sang bintang
Saat pijar'nya mengerling
Menyaksikan kesendirian'ku
Karna angan ku
Sibuk mengembara
Pada selaksa kenangan
Yang pernah terajut
Tanpa kusadari
Butiran-butiran kristal
Jatuh bersimbah
Membsahi sudut-sdut bibir'ku
Gundahpun kian meralung
Meriuh di kedalaman rasa
Berkerumun diantara lenguh nafasku
Sesak dadaku dihimpit pilu

Aku Yang Selalu Terjaga

 Jiwa yang sendiri ini
Yang selalu terjaga dari lenanya netra
Saat gulita menyapa malam
Dan para insan asyik mengeja mimpi-mimpi mereka
Aku justru di sini dengan tatapan nanar
Berdiri di perigi malam
Dengan nafas yang jauh dari pembaringan jeda
Sendiri di hamparan gulita'nya malam
Dalam lembutnya belaian sang bayu
Aku bercumbu dengan sunyi
Memeluk pekat di kaki langit
Berbaur dengan debu dan roda-roda jalanan
Dengan selaksa asa dalam tengadah
Mengaharap embun merinai
Dipelataran pijak'ku
Tak jarang letihku merengek manja
Bahkan jengah kerap hinggapi ruang nuraniku
Namun aku tetap bertahan
Demi sebuah hidup yang lebih bermakna
Dan aku percaya akan karunia'NYA
ALLAH tak akan meninggalkan aku dalam keterpurukan

Selasa, 27 September 2011

Dilema Cinta

Siang masih menyisakan terik
Ketika senja merangkak temaram
Mengikis sisa-sisa peluh yang terbakar
Dari sengatan terik mentari
Harapku letih kan sirna di pembaringan jeda
Ketika gontai langkahku memasuki huma
Telah ku rejam netra agar kantuk menghiba
Namun anganku justru sibuk mengembara
Lalu singgah pada bait-bait aksara
Yang masih melekat pada ingatan
Masih terngiyang di runguku
Canda-canda binal gadis pujangga
Menggodamu dengan untaian aksara
Mengetuk pintu cintamu dengan jemari genit
Meski enggan kau berbalas aksara
Tak urung kau pun tergoda
Ach....
Cinta memang penuh dengan dilema
Misteri rasa siapa yang bisa menerka
Kecuali SANG pemilik semua rasa
YA ILLAHI RABBY.....

Senin, 26 September 2011

Pasrah dalam simpuh

Malam belum lagi usai merinaikan pekat
Ketika angan'ku mengembara
Dibentangan belantara sunyi
Terukir kembali larik-larik kenangan
Pada lembaran kanvas gulita
Merinai kembali air mata rindu
Basahi semak-semak nurani
Yang telah lama kerontang
Gundah'ku kian bingar
Meriuh diantara lenguh nafas
Mengusik detak jantung
Ku teriak'kan kerinduan'ku Pada hembusan sang bayu
Agar sayap-sayap kegelisahan'ku berpendar
Dibentangan cakrawala
Meski ragu nurani
Apakah gendang rungu'mu akan mendengar teriakanku
Apakah pijar mata indah'mu
Akan menatap kepak sayap'ku yang telah rapuh
Dan apakah rasa'mu akan menjadi kembaran rasaku
Entahlah
Aku hanya mampu simpuh dalam pasrah
Karna memang hanya ini yang bisa ku lakukan
Menyampaikan pesan-pesan kegelisahan
Pada hembusan sang bayu
Yang mungkin hembusan'nya bisa saja datang terlambat